Kamis, 30 Juni 2011

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF DALAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah terjadi pergeseran dari masalah teknologi menjadi masalah manajerial dan organisasi, sehingga terjadi suatu peningkatan kepentingan dalam penerapan metode riset kualitatif.
Metode penelitian dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, namun salah satu perbedaan yang paling umum adalah antara kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.
Metode penelitian kuantitatif awalnya dikembangkan pada ilmu-ilmu alam untuk mempelajari fenomena alam. Contoh metode kuantitatif sekarang diterima dengan baik dalam ilmu sosial meliputi metode survei, percobaan laboratorium, metode formal (Ekonometri misalnya) dan metode numerik seperti model matematika.
Metode penelitian kualitatif yang dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial untuk memungkinkan para peneliti untuk mempelajari fenomena sosial dan budaya. Contoh metode kualitatif adalah penelitian tindakan, penelitian studi kasus dan etnografi. Sumber data kualitatif meliputi observasi dan observasi partisipan (lapangan), wawancara dan kuesioner, dokumen, dan teks, dan peneliti tayangan dan reaksi. [16]
Motivasi untuk melakukan penelitian kualitatif, karena bertentangan dengan penelitian kuantitatif, berasal dari pengamatan bahwa, jika ada satu hal yang membedakan manusia dari alam, adalah kemampuan kita untuk bicara metode penelitian kualitatif dirancang untuk membantu para peneliti memahami masyarakat dan konteks sosial dan budaya di mana mereka tinggal. Meskipun sebagian besar peneliti melakukan penelitian kuantitatif atau kualitatif, namujn beberapa peneliti telah menyarankan menggabungkan satu atau lebih metode penelitian dalam satu studi (disebut triangulasi).
Seperti halnya ada berbagai perspektif filosofis yang dapat menginformasikan penelitian kualitatif, sehingga ada berbagai metode penelitian kualitatif. Sebuah metode penelitian merupakan strategi penyelidikan yang bergerak dari asumsi filosofis yang mendasari desain penelitian dan pengumpulan data. Pemilihan metode penelitian mempengaruhi cara di mana peneliti mengumpulkan data. Metode penelitian spesifik juga menyiratkan keterampilan, asumsi dan praktek penelitian yang berbeda. Ada empat metode penelitian yang akan dibahas di sini yaitu penelitian tindakan, studi kasus, etnografi dan grounded theory.

Penelitian Tindakan

Ada banyak definisi penelitian tindakan, namun salah satu yang paling banyak dikutip adalah bahwa dari Rapoport, yang mendefinisikan penelitian tindakan  dengan cara berikut:  Penelitian Tindakan bertujuan untuk memberikan kontribusi baik kepada kepentingan praktis orang dalam situasi problematis dan dengan tujuan ilmu sosial melalui kolaborasi patungan dalam kerangka etis diterima bersama. Definisi ini menarik perhatian pada aspek kolaborasi penelitian tindakan dan dilema etika yang mungkin timbul dari perusahaan
digunakan. Hal ini juga membuat jelas, bahwa penelitian tindakan adalah yang bersangkutan untuk memperbesar stok pengetahuan ilmu sosial masyarakat. Ini adalah aspek dari penelitian tindakan yang membedakannya dari ilmu pengetahuan sosial, dimana tujuannya adalah hanya untuk menerapkan pengetahuan ilmiah sosial tetapi tidak untuk menambah inti pengetahuan. Penelitian tindakan telah diterima sebagai metode penelitian yang valid dalam bidang diterapkan seperti pengembangan organisasi dan pendidikan. Di bidang TIK, bagaimanapun, penelitian tindakan adalah untuk waktu yang lama diabaikan, selain dari satu atau dua pengecualian penting. Baru-baru ini, tampaknya ada peningkatan kepentingan dalam penelitian tindakan.

Penelitian Studi Kasus

Istilah Penelitian Studi Kasus memiliki banyak arti. Hal ini dapat digunakan untuk menggambarkan suatu unit analisis (misalnya studi kasus organisasi tertentu) atau untuk menggambarkan metode penelitian. Pembahasan di sini mengenai penggunaan studi kasus sebagai metode penelitian. Penelitian Studi kasus adalah metode kualitatif yang paling umum digunakan di bidang TIK. Meskipun ada banyak definisi, sebuah studi kasus adalah suatu penyelidikan empiris yang  menyelidiki fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata, terutama ketika perbatasan antara fenomena dan konteks tidak jelas terlihat.
Jelas, metode penelitian studi kasus ini terutama cocok untuk penelitian TIK, karena obyek disiplin kita adalah studi tentang sistem informasi dalam organisasi  dan bukan masalah teknis organisasi .
.
Etnografi

Penelitian Etnografi berasal dari disiplin antropologi sosial dan budaya di mana seorang ahli etnografi diperlukan untuk menghabiskan jumlah waktu signifikan di lapangan. Ahli etnografi membenamkan diri dalam kehidupan orang-orang yang belajar dan berusaha untuk menempatkan fenomena yang dipelajari dalam konteks sosial dan budaya.
Etnografi kini telah menjadi lebih banyak digunakan dalam studi sistem informasi dalam organisasi, Etnografi juga telah dibahas sebagai metode dimana berbagai perspektif dapat dimasukkan dalam desain sistem  dan sebagai pendekatan umum untuk berbagai studi yang mungkin berkaitan dengan penyelidikan sistem informasi. Di bidang desain dan evaluasi sistem informasi, beberapa pekerjaan yang sangat menarik adalah yang terjadi di suatu kolaborasi  antara ahli etnografi di satu sisi, dan desainer, professional system informasi, ilmuwan komputer dan insinyur di sisi lain. Kerja kolaboratif seperti ini terutama banyak di Inggris dan Eropa dan berkembang di Amerika Serikat.


Teori Beralas (Grounded Theory)

Teori Beralas (grounded Theory) adalah metode penelitian yang berusaha mengembangkan teori yang didasarkan pada data yang dikumpulkan dan dianalisis sistematis. Grounded theory adalah, metodologi penemuan teori induktif yang memungkinkan peneliti untuk mengembangkan kerangka teoritis fitur umum suatu topik yang sekaligus mendasarkan permasalahan dalam pengamatan atau data empiris.Perbedaan utama antara teori grounded dan metode lain adalah pendekatan khusus untuk pengembangan teori - grounded teori menyatakan bahwa harus ada interaksi kontinu antara pengumpulan data dan analisis. pendekatan teori Beralas menjadi semakin umum dalam literatur penelitian TIK karena metode ini sangat berguna dalam konteks pengembangan berbasis proses yang berorientasi deskripsi dan penjelasan dari fenomena tersebut.

Teknik Pengumpulan Data Kualitatif

Setiap metode penelitian yang dibahas di atas menggunakan satu atau lebih teknik untuk mengumpulkan data empiris (banyak peneliti kualitatif lebih memilih istilah "bahan empiris" untuk kata "data" karena data kualitatif kebanyakan adalah non-numerik).
Teknik-teknik ini mulai dari wawancara, teknik pengamatan seperti observasi partisipan dan kerja lapangan, melalui penelitian arsip. Sumber data tertulis dapat mencakup dokumen yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan, laporan perusahaan, memo, surat, laporan, email pesan, fax, artikel koran dan sebagainya. Dalam antropologi dan sosiologi itu adalah praktek umum untuk membedakan antara sumber primer dan data sekunder.
Umumnya sumber data primer adalah sumber yang tidak dipublikasikan dan telah dikumpulkan dari orang atau organisasi secara langsung oleh peneliti. Sumber-sumber sekunder mengacu pada bahan (buku, artikel dll) yang telah diterbitkan sebelumnya. Biasanya, seorang peneliti studi kasus pertama-tama menggunakan wawancara dan bahan-bahan dokumenter, tanpa menggunakan observasi peserta.

Sumber : 
 
Kajian Pembangunan  ICT Technopark di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Telematika, Sarana Komunkasi dan Diseminasi Informasi (Puslitbang APTEL, SKDI), Badan Litbang SDM, Kemnterian Kominfo 2010

Selasa, 28 Juni 2011

FOCUS DISCUSSION GROUP (FGD)

Definisi FGD

Focus Group Discussion (FGD) merupakan bentuk penelitian kualitatif di mana sekelompok orang yang bertanya tentang sikap mereka terhadap produk, layanan, konsep, iklan, ide, atau kemasan. Pertanyaan diminta dalam grup pengaturan interaktif dimana peserta bebas untuk berbicara dengan anggota kelompok lainnya.

Dalam FGD biasanya terdapat suatu topik yang dibahas dan didiskusikan bersama. Prinsip-prinsip FGD di antaranya:

  1. FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan. Ciri khas metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitaif lainnya (wawancara mendalam atau observasi) adalah interaksi! Hidup mati sebuah FGD terletak pada ciri ini. Tanpa interaksi sebuah FGD berubah wujud menjadi kelompok wawancara terfokus (FGI-Focus Group Interview). Hal ini terjadi apabila moderator cenderung selalu mengkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta FGD. Semua peserta FGD secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik, sehingga tidak terjadi dinamika kelompok. Komunikasi hanya berlangsung antara moderator dengan informan A, informan A ke moderator, lalu moderator ke informan B, informan B ke moderator, dst. Yang seharusnya terjadi adalah moderator lebih banyak “diam” dan peserta FGD lebih banyak omong alias “cerewet”. Kondisi idealnya, Informan A merespon topik yang dilemparkan moderator, disambar oleh informan B, disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh informan A, didukung oleh informan D, disanggah oleh informan E, dan akhirnya ditengahi oleh moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat interaktif, hidup, dinamis!
  2. FGD adalah group bukan individu. Prinsip ini masih terkait dengan prinsip sebelumnya. Agar terjadi dinamika kelompok, moderator harus memandang para peserta FGD sebagai suatu group, bukan orang per orang. Selalu melemparkan topik ke “tengah” bukan melulu tembak langsung ke peserta FGD.
  3. FGD adalah diskusi terfokus bukan diskusi bebas. Prinsip ini melengkapi prinsip pertama di atas. Diingatkan bahwa jangan hanya mengejar interaksi dan dinamika kelompok, kalau hanya mengejar hal tersebut diskusi bisa berjalan ngawur. Selama diskusi berlangsung moderator harus fokus pada tujuan diskusi, sehingga moderator akan selalu berusaha mengembalikan diskusi ke “jalan yang benar”. Moderator memang dituntut untuk mencairkan suasana (ice breaking) agar diskusi tidak berlangsung kaku, namun kadang-kadang proses ice breaking ini kelamaan, moderator ikut larut dalam “keceriaan” kelompok, ber ha-ha-hi-hi, dan baru tersadar ketika masih banyak hal yang belum tergali, sementara para peserta sudah mulai kehilangan “energi”.

Ada beberapa jenis FGD, yakni:

  1. Two-way focus group (FGD dua arah) - satu kelompok disaksikan kelompok lain dan membahas diamati interaksi dan kesimpulan
  2. Dual moderator focus group (Dual moderator fokus grup) - moderator memastikan satu sesi berlangsung lancar, sementara yang lain memastikan bahwa semua topik yang dibahas
  3. Dueling moderator focus group - dua moderator berada pada sisi yang berlawanan saat berdiskusi.
  4. Respondent moderator focus group - satu atau lebih dari responden diminta untuk bertindak sebagai moderator sementara
  5. Client participant focus groups - satu atau lebih perwakilan klien berpartisipasi dalam diskusi, baik tertutup ataupun terbuka
  6. Mini focus groups - kelompok yang terdiri dari empat atau lima anggota bukan 8 sampai 12
  7. Teleconference focus groups –FGD yang menggunakan jaringan telepon
  8. Online focus groups (FGD online) – menggunakan internet

Tujuan FGD

Biasanya FGD digunakan oleh praktisi periklanan dan pemasaran untuk memperoleh hasil yang baik. Dalam dunia pemasaran, FGD dipandang sebagai alat penting untuk mendapatkan umpan balik mengenai produk-produk baru, serta berbagai topik. Secara khusus, FGD memungkinkan perusahaan yang ingin mengembangkan, paket, nama, atau tes pasar produk baru, mendiskusikan, melihat, dan / atau menguji produk baru sebelum dibuat tersedia untuk umum. Hal ini dapat memberikan informasi berharga tentang potensi pasar terhadap produk.
Dalam ilmu sosial dan perencanaan perkotaan, FGD memungkinkan orang untuk belajar di alam pengaturan yang lebih dari satu-ke-satu wawancara. Dalam kombinasi dengan pengamatan peserta, FGD dapat digunakan untuk mendapatkan akses ke berbagai kelompok sosial dan budaya, memilih situs untuk belajar, sampel dari situs tersebut, dan meningkatkan masalah tak terduga untuk eksplorasi. FGD memiliki ide yang mudah dimengerti dan hasil yang terpercaya. FGD yang rendah dalam biaya, satu dapat memperoleh hasil yang relatif cepat, dan mereka dapat meningkatkan ukuran sampel laporan dengan berbicara dengan beberapa orang sekaligus.
FGD tradisional dapat memberikan informasi yang akurat, dan tidak terlalu mahal dibanding daerah lain bentuk tradisional penelitian pemasaran. Bisa menimbulkan biaya yang signifikan jika sebuah produk untuk dipasarkan di seluruh negara, akan sangat penting untuk mengumpulkan responden lokal dari berbagai negara tentang produk baru yang mungkin berbeda-beda karena pertimbangan geografis. Hal ini akan memerlukan cukup besar dalam pengeluaran biaya perjalanan dan penginapan. Selain itu, lokasi FGD tradisional mungkin atau tidak mungkin berada di tempat yang nyaman untuk klien tertentu, sehingga klien perwakilan mungkin harus mendatangkan biaya perjalanan dan penginapan juga. Penggunaan FGD terus berkembang seiring waktu dan menjadi semakin meluas.

Kelebihan dan keterbatasan FGD

Pelaksanaan FGD adalah sebuah proses berulang-ulang; masing-masing focus group discussion dibangun di atas sebelumnya, dengan sedikit diuraikan atau lebih baik yang berfokus pada serangkaian tema untuk diskusi. Diperoleh kelompok telah dipilih dengan baik, dalam hal komposisi dan jumlah (lihat di bawah), FGD dapat menjadi alat penelitian yang kuat yang menyediakan informasi spontan berharga dalam waktu singkat dan dengan biaya yang relatif rendah.
FGD tidak boleh digunakan untuk tujuan kuantitatif, seperti pengujian hipotesis atau generalisasi temuan untuk daerah yang lebih luas, yang akan memerlukan survei lebih rumit.
Namun, FGD menguntungkan dapat melengkapi survey tersebut atau lainnya, teknik kualitatif. Tergantung pada topik, mungkin berisiko untuk digunakan FGD sebagai alat tunggal. Dalam diskusi kelompok, orang cenderung ke pusat pendapat mereka tentang orang-orang paling umum, di '' sosial norma. Pada kenyataannya, pendapat dan perilaku mungkin lebih beragam. Oleh karena itu dianjurkan untuk menggabungkan FGD dengan setidaknya beberapa wawancara dengan informan kunci dan mendalam. Secara eksplisit pembujukan tampilan lain selama FGD harus rutin juga.
Dalam hal topik yang sangat sensitif, seperti perilaku seksual atau mengatasi HIV / AIDS, FGD juga mungkin memiliki keterbatasan mereka, sebagai anggota kelompok mungkin ragu-ragu udara perasaan dan pengalaman mereka secara bebas. Satu obat yang mungkin adalah pemilihan peserta yang tidak mengenal satu sama lain (misalnya, seleksi anak-anak dari sekolah yang berbeda dalam FGD tentang perilaku seksual remaja), sementara menjamin kerahasiaan mutlak.
Hal ini juga dapat membantu untuk alternatif FGD dengan metode lain, misalnya, untuk mendahuluinya dengan berperan mengembangkan diri pada perilaku seksual, atau untuk memberikan kuesioner ditulis segera setelah FGD dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka tentang perilaku seksual di mana para peserta dapat anonim negara semua pertanyaan mereka dan masalah.
Cara lain untuk menjamin kerahasiaan dalam FGD di sebuah topik sensitif adalah peserta memberikan pilihan untuk memperkenalkan diri dengan nama yang mereka ingin menggunakan (belum tentu mereka sendiri). Selanjutnya, sebelum diskusi ini, harus ditekankan bahwa mereka dapat membawa pengalaman dari teman-teman dan saudara / saudari serta mereka sendiri, dan bahwa tidak diperlukan untuk membawa pengalaman pribadi yang menyakitkan di tempat terbuka.
Pada kajian ini Focus Group Discussion menjadi kegiatan yang sangat penting dan akan dilakukan dengan mengundang para pakar terkait Lokasi Penelitian yaitu : Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Batam, Surabaya, dan Serpong. Pemilihan kota-kota ini didasarkan pada pertimbangan pengumpulan data yang berkaitan dengan potensi penggunaan, serta potensi industri yang memang dapat dikaitkan langsung dengan pengembangan kawasan Techno Park, yaitu industri perangkat keras maupun industri aplikasi sistem informasi. Pemfokusan pada daerah-daerah ini diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal, karena kali ini Focus Group Discussion menjadi bagian utama dari studi ini.

Sumber :
Kajian ICT Technopark di Indonesia, Puslitbang APTEL, SKDI, Balitbang SDM, Kementerian KOminfo 2010

PEMBANGUNAN ICT TECHNOPARK DI INDONESIA

 Pengertian Technopark

Technology Park atau Science Park adalah kawasan bangunan yang diperuntukan bagi penelitian dan pengembangan sains dan teknologi berdasarkan kepentingan bisnis. Berbeda dengan industrial park dan business park, kegiatan bisnis dan organisasi di Techno Park lebih fokus kepada pengembangan produk dan inovasi sedangkan industrial park focus kepada manufaktur dan business park focus kepada administrasi.[1]
Budi Raharjo mendefinisikan Technopark sebagai sebuah kawasan (daerah) dimana teknologi ditampilkan (diperagakan), dikembangan, dan dikomersialisasikan.[2]
Technopark biasanya didorong oleh pemerintah daerah, dalam rangka menarik perusahaan baru ke kota-kota, dan untuk memperluas basis pajak dan kesempatan kerja untuk warga. Pajak tanah dan pajak lain biasanya dibebaskan atau dikurangi untuk beberapa tahun, dalam rangka menarik perusahaan-perusahaan baru untuk beroperasi di dalam technopark.


ICT Technopark

Dengan demikian ICT Techno Park dapat didefinisikan sebagai kawasan yang diperuntukan bagi penelitian dan pengembangan Teknologi Informasi Komunikasi (Information Communication Technology) serta berperan dalam mendorong komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan TIK tersebut.
Di dalam sebuah kawasan ICT Techno Park harus terdapat beberapa fasilitas kegiatan dibidang Teknologi Informasi Komunikasi, seperti terdapatnya fasilitas e-biz hub, Internet Data Center & Data Recovery Center, ICT Research & Development Center, ICT Training Center, ICT Convention & Exhibition Center, Software House Center, Office Center, dan ICT Center lainnya. Selain itu, ICT Techno Park juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti pusat rekreasi berbasis ICT, bank, restoran, fasilitas hiburan dan olah raga.
Sebuah ICT Techno Park harus dapat bekerja sama secara baik antara sektor swasta dengan pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan, serta sektor keuangan, khususnya dalam merencanakan, mengembangkan, sekaligus mengintegrasikan bangunan komersil yang ada dalam kawasan ICT Techno Park.


Sejarah Singkat Technopark

Sebagai bentuk pengembangan pusat inovasi dan implementasi, technopark mulai muncul di Amerika Serikat pada awal 1950-an, ketika sebuah research park didirikan di Stanford University, California. Universitas memanfaatkan lahan kosong miliknya. Tanah dan ruangan disewakan kepada usaha kecil dan perusahaan milik negara, yang berkembang mengerjakan pesanan kebutuhan militer pemerintah federal. Untuk itu  mereka menempatkan sumber daya ilmiah departemen berteknologi tinggi mereka di wilayah research park. Perusahaan penyewa memiliki hubungan bisnis yang erat dengan universitas.
Butuh waktu tiga puluh tahun untuk menyelesaikan pembangunan, untuk membentuk infrastruktur dan menyewa semua tanah bebas dari research park. Proyek ini ternyata menjadi berlarut-larut dan membutuhkan banyak kesabaran dan ketekunan; Namun sebagai hasilnya, research park ini memiliki kelebihan dari yang lain oleh prestasi yang fenomenal dalam pengembangan industri berbasis ilmu pengetahuan. Research park ini adalah tempat asal dari Hewlett Packard dan Polaroid, yang menjadi perusahaan terkenal di dunia saat ini. Research park ini pula yang menumbuhkan Silicon Valley yang terkenal.
Kontribusi technoparks terhadap ekonomi Amerika Serikat diperhatikan dan didukung oleh pemerintah, yang mendorong  pembangunan mereka. Pada 1980-an, technoparks mulai muncul satu per satu di Amerika Serikat, dan pada akhir abad ke-20 jumlahnya mencapai lebih dari 160 buah (sekitar 30 persen dari total jumlah technoparks di seluruh dunia).
Fungsi technopark sebagai  "inkubator bisnis teknologi " mulai didirikan di dalam technoparks dengan jumlah yang semakin meningkat. Inkubator ini menawarkan tempat produksi dan beberapa layanan yang menjanjikan bagi pengusaha, serta membantu menjalin kontak dengan universitas lokal atau pusat penelitian, demikian juga dengan bantuan keuangan. [3]
Di Eropa, technoparks mulai muncul pada awal tahun 1960 dengan berdirinya Sophia Antipolis (Perancis). Mereka menggunakan model awal technopark Amerika yang memiliki pendiri tunggal dan terfokus pada menyewakan tanah dan ruangan untuk perusahaan berbasis ilmu pengetahuan. Di Asia technopark diawali dengan berdirinya Tsukuba Science City di Jepang di tahun 1970, dimana sekarang Jepang memiliki 111 Technopark. Disusul oleh Cina yang mulai di tahun1980 dan sekarang sudah memiliki 100 technopark. [4]
Pada tahun 1990, Komite Pendidikan Masyarakat Negara Uni Soviet meluncurkan program untuk menciptakan dan mengembangkan technoparks. Program ini kemudian dikelola oleh Kementrian Pendidikan.  Awal 1990-an terlihat gelombang awal pendirian bangunan technoparks di Rusia. Sebagian besar dari mereka didirikan di perguruan tinggi. Technoparks ini tidak memiliki infrastruktur yang sudah berkembang, property tetap, atau tim manajer yang terampil. Sesuai aturan,yang ada mereka diciptakan dan dipandang sebagai salah satu departemen pada perguruan tinggi. Dalam kebanyakan kasus, mereka gagal untuk berfungsi sebagai sistem efektif yang memulai, membuat dan mempromosikan bisnis inovasi kecil. Saat ini, dengan lebih dari 60 technopark yang beroperasi di 35 daerah, Rusia menempati urutan kelima di dunia. [3]
Sejarah technopark di India diawali dengan pendirian IT technopark di Trivandrum, Kerala, pada tahun 1995. Technopark ini telah berkembang menjadi IT Park yang terbesar di India dan ketiga terbesar di Asia dan merupakan rumah bagi raksasa perusahaan multinasional seperti Infosys, TCS , Ernst & Young, IBS Software Services, UST Global, HCL Infosystems dll; mempekerjakan sekitar 30.000 orang di hampir 170 perusahaan. [5]
Di Malaysia, gagasan tentang sebuah kota bertema TI, Cyberjaya, muncul dari sebuah studi oleh konsultan manajemen McKinsey untuk Multimedia Super Corridor yang ditugaskan oleh Pemerintah Federal Malaysia pada tahun 1995. Sebagai katalisnya  adalah perjanjian dengan NTT pada tahun 1996 untuk menempatkan pusat R & D di Malaysia. Peresmiannya dilakukan oleh Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad pada tahun 1997. [6]
Sedangkan di Singapura pendirian technopark diawali pada akhir 1999, Technopark  Chai Chee menjadi pusat teknologi khusus yang dikembangkan untuk perusahaan elektronik, sektor telekomunikasi dan teknologi informasi. Perusahaan Hi-tech dan e-bisnis memerlukan lokasi yang ideal dan lingkungan yang menunjang untuk berkembang. Lingkungannya yang menyerupai kampus dan hijau sangat kondusif bagi kreativitas dan inovasi. Selain dilengkapi dengan saran pendukung lain, Technopark Chai Chee menyediakan e-biz hub yaitu suatu jaringan telekomunikasi maju yang menyediakan layanan jasa “broadband multimedia” ke seluruh Singapura. [7]
Technopark di Indonesia diawali dengan berdirinya Bandung High Tech Valley (BHTV) pada tahun 2006 yang didirikan oleh ITB yang tujuannya terfokus kepada membantu perusahan kecil di bidang teknologi untuk memulai usaha. [8]
Pada tahun 2007 didirikan Solo Techno Park (STP) yang terdiri dari tiga zona yaitu zona  TI dan riset, zona pelatihan dan incubator bisnis, serta zona industry dan perdagangan.  STP ini adalah pengembangan dari SCTC (Surakarta Competency Technology Centre) yang pada awalnya sebagai pusat pelatihan bidang teknologi yang didirikan atas kerjasama Pemerintah kota Solo dan ATMI (Akademi Teknik Mesin Industri) pada tahun 2002. [9]
Technopark lain yang mempunyai fungsi serupa dengan SCTC adalah Sragen Technopark. Technopark ini menjalankan fungsi sebagai One Stop Service Labor Market (OSSLM) dengan menyediakan pusat-pusat pelatihan teknologi.[10]
Pada tahun 2007, Kawasan Industri Jababeka mendirikan Jababeka Research Centre (JRC) atas prakarsa S.D. Darmono (Presdir Jababeka) dan Menteri Ristek Kusmayanto Kadiman untuk mewujudkan Jababeka sebagai Kawasan Teknologi, dengan nama sebelumnya President Research Center. [11]
Technopark lain di Indonesia adalah Bogor Cyber Park (BCP) yang didirikan pada tahun 2006 dan Surabaya Technopark yang didirikan pada tahun 2007. Selanjutnya pada tahun 2010 Institut Teknologi Telkom bekerja sama dengan Kementrian Perindustrian memulai pendirian Bandung Techno Park (BTP) yang direncanakan akan selesai dalam 3 tahun. [12]



Peranan dan Tujuan ICT Technopark

Techno Park umumnya memiliki dua peran utama: pertama, sebagai  tempat persemaian dan pengembangan teknologi, dan bertindak sebagai inkubator dalam penumbuhan dan pengembangan unit-unit usaha berteknologi tinggi yang baru, memfasilitasi transfer teknologi dan pengetahuan dari universitas ke perusahaan-perusahaan pengembang teknologi, serta merangsang munculnya perusahaan-perusahaan spin-off dari universitas/perguruan tinggi yang mendorong proses-proses serta produk-produk yang berinovasi tinggi.  Tujuan kedua adalah untuk berperan sebagai katalis dalam peningkatan/revitalisasi pembangunan ekonomi regional dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebuah ICT Technopark adalah sumber entrepreneurship, talenta, dan keunggulan kompetitif ekonomi yang merupakan elemen kunci dalam pertumbuhan ekonomi dan teknologi. Dengan tersedianya ICT Technopark, universitas (Academia), swasta (Business), dan pemerintah (Government) dapat bekerja sama menciptakan sebuah lingkungan yang membentuk kolaborasi dan inovasi sehingga memperkaya pengembangan, transfer dan komersialisasi ICT.
Gambar 2.1 di bawah ini adalah peranan Bandung Technopark sebagai contoh gambaran peranan kolaborasi A-B-G di dalam sebuah technopark. [12]


Tujuan ICT Technopark

ICT Technopark bertujuan untuk menumbuhkan perekonomian dan daya saing suatu kota dan daerah (regional development) dengan cara menarik investor untuk menciptakan bisnis baru (commercialising innovation), nilai tambah kepada perusahaan, dan menciptakan pekerjaan berbasis ICT (industrialisation).
Selain itu, menurut Bappenas (2004) Technopark mempunyai sasaran sebagai berikut:
1     Membuat link yang permanen antara peguruan tinggi (akademisi), pelaku industri / bisnis / finansial, dan pemerintah. Technopark mencoba menggabungkan ide, inovasi, dan know-how dari dunia akademik dan kemampuan finansial (dan marketing) dari dunia bisnis.
2     Meningkatkan dan mempercepat pengembangan produk serta mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan inovasi ke produk yang dapat dipasarkan, dengan harapan untuk memperoleh economic return yang tinggi.
3     Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk merangsang pertumbuhan knowledge-based company dengan menyediakan sarana pendukung di bidang pemasaran, manajemen, dan technical fields untuk perusahaan-perusahaan tenan
4     Mendorong penelitian dan pengembangan serta inovasi di sektor swasta khususnya untuk perusahaan-perusahaan tenant dan menginisiasi komersialisasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan dalam bidang teknologi yang spesifik.
ICT Techno Park hendaknya menyediakan berbagai bantuan untuk memulai usaha kepada klien nya, yaitu suatu bantuan berdasarkan ide baru yang inovatif dari para peneliti di universitas maupun di sector swasta. Selain itu, ICT Techno Park didesain sebagai lembaga non-profit sehingga tidak diharapkan menghasilkan revenue yang signifikan.
Berkaitan dengan itu, Jennifer Hillner dalam salah satu penelitiannya yang hasilnya ditampilkan di Wired Magazine mengatakan bahwa keberhasilan sebuah daerah atau area dalam mengembangkan teknologi ditentukan oleh empat  hal, yaitu:
1.    Adanya perguruan tinggi dan/atau lembaga penelitian
2.    Adanya perusahaan (established companies) dimana fokusnya adalah perusahaan multinasional yang menjadi jangkar di area tersebut
3.    Adanya semangat untuk mendirikan perusahaan start up
4.    Ketersediaan finansial, misalnya venture capital

Konsep Pengembangan Technopark
Bappenas [13] telah memberikan panduan mengenai tata cara pengembangan kawasan, termasuk kawasan technopark. Technopark adalah kawasan dengan kondisi lingkungan unik yang memberikan iklim kondusif bagi perkembangan teknologi dan pertumbuhan usaha. Dalam kawasan tersebut harus terdapat minimal 3 pilar yang mendukung kesuksesan technopark, yaitu universitas yang memiliki kemampuan riset dan pengembangan, perusahaan sebagai jangkar bagi pertumbuhan ekonomi dan teknologi, serta lembaga keuangan khususnya modal ventura yang siap mendukung pertumbuhan perusahaan-perusahaan baru yang berbasis pada perkembangan teknologi.


Perguruan Tinggi/Universitas

Semakin banyak universitas yang tersebar dalam suatu kawasan technopark akan menambah banyaknya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga menjadi pendorong untuk pertumbuhan kawasan tersebut. Selain itu banyaknya lembaga-lembaga riset di setiap universitas akan menjadi sumber inovasi teknologi dan produk baru. Oleh karena itu Dep. R&D perusahaan mendapatkan keuntungan dari hubungan yang unik dengan lembaga-lemabga riset ini untuk mengakses ketrampilan, kepakaran, dan pengetahuan. Bahkan di beberapa negara untuk memberikan dukungan sepenuhnya kepada pengembangan Kawasan Technopark beberapa universitas membuka jurusan Kewirausahaan (entrepreneurship).

Klaster Perusahaan
Kelangsungan Technopark sangat ditentukan oleh keberadaan dari perusahaan-perusahaan yang tersebar di kawasan tersebut. Perusahaan ini merupakan kepanjangan dari pilot project atas penemuan-penemuan baru di bidang teknologi. Selain perusahaan-perusahaan yang berbasis teknologi juga diperlukan perusahaan-perusahaan pendukung seperti dibidang legal, logistik, transportasi, keuangan, pelatihan sumber daya manusia, dan lain-lain. Klaster perusahaan ini terdiri dari berbagai jenis usaha yang secara umum dapat dikelompokkan dalam bidang telekomunikasi, instrumentasi, elektronik, process engineering, software dan environmental sciences.
Bahkan pengembangan teknologi ini dapat difokuskan pada bidang-bidang yang baru dan memiliki keunggulan komparatif yang memiliki prospek cerah di masa depan, seperti bioteknology, obat alternatif, teknologi maritime dan lain-lain. Oleh karena itu pembangunan suatu kawasan technopark dapat dilakukan secara alami dengan jalan melengkapi dan menambahkan lembaga-lembaga pendukung pada suatu klaster perusahaan yang telah terbangun secara mandiri dengan tujuan mempercepat proses perkembangannya. Selain itu kawasan technopark dapat sepenuhnya didesain dengan menghadirkan lahan yang sepenuhnya baru. Kebebasan pengaturan merupakan kelebihan dari pendekatan ini.
Karakteristik technopark yang akan dibangun dapat ditentukan sesuai desain yang diharapkan. Kemudian diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan penyewa. Hal ini dilengkapi dengan berbagai lembaga dan sarana pendukung yang lengkap.


Lembaga Keuangan (Modal Ventura)

Kehadiran lembaga keuangan khususnya Modal Ventura akan memberikan percepatan yang signifikan untuk pertumbuhan technopark. Lembaga Keuangan Modal Ventura merupakan lembaga mengalirkan darah untuk pertumbuhan pertumbuhan industri baru berbasis teknologi. Modal Ventura biasanya tidak memberikan persyaratan pinjaman yang sangat ketat dalam memberikan pinjaman, terutama berkaitan dengan jaminan dan asset. Modal Ventura berusaha memberikan bantuan keuangan dengan melihat prospek bisnis tersebut ke depan. Karakteristik lembaga keuangan yang sesuai dengan perusahaan-perusahaan baru. Lembaga ini turut berperan dalam memperbanyak kelahiran perusahaan-perusahaan baru di kawasan technopark.


Fokus Teknologi

Kawasan Technopark harus memiliki keunggulan teknologi yang spesifik sehingga mampu bersaing secara internasional dan mampu memberikan nilai tambah tinggi atas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu kawasan tehcnopark didesain dengan penguatan (focus) teknologi tertentu yang berdasarkan pada keunggulan sumber daya suatu negara dan penguatan dari basis-basis teknologi yang telah berkembang di kawasan tersebut.
Dalam kawasan technopark secara umum memiliki aktivitas-aktivitas yang mendukung perkembangan teknologi dan pertumbuhan usaha, diantaranya adalah sebagai berikut;
1. Penelitian dan Pengembangan (R&D)
2. Inkubasi Bisnis Teknologi dan Inovasi Teknologi
3. Pendidikan dan Program Pelatihan
4. Pertukaran Informasi dan Kolaborasi
5. Pendukung Usaha Kecil Menengah
6. Manajemen dan Layanan Pendukung.


Karakteristik ICT Technopark

Karakteristik ICT Technopark adalah sebagai  berikut:
  1. Bangunan dan property yang dirancang terutama untuk fasilitas riset swasta/publik,  perusahaan berbasis TIK, dan jasa pendukung lainnya.
  2. Memiliki hubungan dengan satu atau lebih lembaga riset atau pendidikan tinggi secara formal atau operational.
  3. Berperan dalam mempromosikan riset dan pengembangan suatu universitas melalui industry partnerships, membantu pertumbuhan usaha baru dan memacu pertumbuhan ekonomi
  4. Berperan dalam membantu transfer teknologi dan keahlian bisnis antara universitas dan industry yang menuju kepada pertumbuhan ekonomi berbasis TIK bagi masyarakat atau daerah.
Sedangkan untuk keberhasilan suatu technopark dibutuhkan manajemen yang tangguh yang menurut paradigma management Regis Cabral [15]  harus memiliki kriteria sebagai berikut:
  1. Mempunyai akses kepada ahli riset dan pengembangan TIK
  2. Mampu menjual produk dan jasa TIK bernilai tinggi
  3. Memiliki kemampuan untuk menyediakan ahli marketing dan manajerial kepada pengusaha, khususnya usaha kecil dan menengah yang kekurangan tenaga ahli tersebut
  4. Bergabung dengan suatu kalangan yang memungkinkan perlindungan terhadap produk atau proses melalui hak paten dan lain-lain
  5. Mampu memilih atau menolak perusahaan mana yang boleh masuk ICT Techno Park.
  6. Mempunyai identitas yang jelas yang dinyatakan dengan secara simbolis dengan pemilihan nama, logo, atau komunikasi manajemen.
  7. Memiliki manajemen dengan keahlian yang diakui dalam bidang financial dan memiliki rencana pengembangan ekonomi jangka panjang
  8. Memiliki dukungan pelaku ekonomi yang tangguh dan dinamis, seperti lembaga pembiayaan, lembaga politik, atau universitas setempat.
  9. Melibatkan secara aktif di dalam manajemen seorang tokoh yang memiliki kekuatan memutuskan, rencana jangka panjang dan manajement yang baik dan merupakan interface antara akademia dan industri.
  10. Melibatkan sejumlah perusahaan konsultan dan jasa teknik, termasuk perusahaan kendali mutu dan laboratorium.
·        

Karakteristik Technopark di Indonesia

Technopark di Indonesia saat ini terdiri dari berbagai jenis bidang kegiatan, 6 di antaranya memiliki kegiatan di bidang TIK (tabel 5.1). Adapun komposisi perusahaan tenan yang ada di dalam technopark tersebut bervariasi namun di semua technopark porsi terbesar adalah perusahaan kecil-menengah (UKM), disusul oleh perusahaan Nasional dan Multi Nasional (tabel 5.2). Kecuali Jababeka dan Batam Industrial Park yang sebagian besar ditempati  Perusahaan Asing.
Technopark yang disurvei terdiri dari Puspitek Serpong, Bandung High Tech Valley (BHTV), Bandung Technopark (BTP), Solo Technopark (STP), Ganesha Sukowati Technopark (GSTP, Sragen), Surabaya Technopark (Taman Bungkul dan Taman Flora), Batam, dan Jababeka


Keunggulan Kompetitif Technopark di Indonesia

Dari seluruh Teknopark yang diobservasi, akan dilihat keunggulan kompetitif masing-masing berdasarkan kriteria model berlian Porter (Porter’s Diamond Model) yaitu berdasarkan faktor-faktor Kondisi, Permintaan, Industri Pendukung dan yang berkaitan, serta Strategi perusahaan, struktur dan persaingan. Selain itu juga akan dilihat faktor Kesempatan dan Pemerintah.


Sumber Daya

Faktor-faktor kondisi terdiri dari Sumberdaya, Infrastruktur, Layanan dan konsultasi, serta Daya tarik technopark. STP, GSTP, dan Surabaya TP yang telah mendedikasikan SDM untuk mengelola Technopark. Sedangkan yang menyediakan pelatihan bagi karyawan technopark adalah Puspitek, BTP dan GSTP.
Bahan baku untuk kebutuhan kegiatan Technopark sebagian besar berasal dari luar kota, hanya puspitek yang mengimpor sebagian besar bahan bakunya dari luar negeri. Kerjasama dengan lembaga keuangan telah dilakukan oleh Puspitek, BTP, STP, dan GSTP.
Technopark yang memiliki Lembaga penelitian sains dan teknologi serta laboratorium dimiliki oleh Puspitek, BHTP, dan BTP. Dari semua technopark tidak ada satu pun yang memilkiki unit fabrikasi /manufaktur sendiri.


Infrastruktur

Infrastruktur Technopark terdiri dari infrastruktur dasar, infrastruktur bisnis, dan non bisnis. Untuk infrastuktur dasar Puspitek, BTP, STP, GSTP, dan Surabaya TP memiliki infrastruktur yang memadai, namun untuk infrastruktur bisnis Puspitek, BTP dan GSTP terlihat lebih siap. Meskipun demikian Puspitek adalah yang paling siap dari sisi infrastruktur bisnis. Ketiga Technopark tersebut juga lebih siap dari segi infrastruktur non bisnis.


Pusat Layanan dan Konsultasi

Pusat layanan dan konsultasi merupakan bagian yang tak kalah penting di dalam sebuah Technopark. Di antara semua technopark, Puspitek, BTP dan GSTP memiliki layanan telekomunikasi dan teknologi informasi. Dalam hal ini Puspitek adalah yang terlengkap memiliki layanan-layanan tersebut (tabel 5.7). Sedangkan layanan pendukung, bisnis, dan non bisnis Puspitek dan BTP memiliki keunggulan terutama dalam layanan bisnis. Dari semua hal GSTP ternyata lebih siap dalam Layanan inkubasi bisnis.



Daya Tarik technopark
Meskipun Puspitek, BTP, STP, dan GSTP sama-sama memiliki daya tarik bagi perusahaan untuk masuk ke technopark, dari semua technopark ternyata Puspitek dan BTP memiliki daya tarik yang lebih tinggi dengan diberikannya insentif pajak kepada para tenan.


Faktor Permintaan

Dari semua technopark, hanya GSTP yang telah memproduksi barang dan menjualnya di dalam negeri (70%) maupn ke luar negeri (30%). Tidak adanya pertumbuhan jumlah tenan di dalam technopark mengindikasikan rendahnya permintaan dari kalangan bisnis / industri terhadap adanya technopark. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain kurangnya sosialisasi /promosi mengenai peran technopark atau kurangnya komitmen dari technopark untuk mengembangkan diri.


Industri Pendukung dan Berkaitan

Disekitar Puspitek, Jababeka, BTP dan Surabaya TP terdapat industri-industri pendukung dan industri lain yang terkait. Namun tidak adanya data mengenai pertumbuhan industri pendukung mengindikasikan tidak adanya perkembangan dari technopark-technopark tersebut karena industri pendukung akan tumbuh jika adanya permintaan dari industri di dalam technopark.


Strategi, Struktur, dan Persaingan  Perusahaan

Dukungan pemerintah terhadap technopark dapat berupa diberikannya beberapa kemudahan dalam mengurus berbagai perijinan, pendirian perusahaan baru, perlindungan terhadap perusahaan kecil, dan sebagainya. Hampir semua pemerintah daerah di tempat berdirinya technopark memberikan kemudahan dalam pengurusan perijian denngan menyediakan layanan perijinan terpadu. Untuk mendirikan perusahaan baru saat ini di semua tempat membutuhkan waktu sekitar 1-3 bulan. Namun hanya di Puspitek dan BTP pemerintah daerah memberikan kemudahan dalam pendirian perusahaan baru serta perlindungan terhadap perusahaan kecil (UKM) yang ada di technopark sebagai usaha technopark untuk berperan sebagai inkubator bisnis.


Profil Bandung Techno Park (BTP)

Bandung Technopark bergerak di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT). Rencananya BTP akan  dibangun diatas lahan seluas 5 hektar yang disediakan oleh Yayasan Pendidikan Telkom, berlokasi di dalam kawasan pendidikan Telkom, tepatnya di Kampus Institut Teknologi Telkom, Terusan Buah Batu Dayeuhkolot Bandung.
Bandung Technopark sendiri Dilengkapi 52 laboratorium TIK, dan sedikitnya terdapat 215 orang peneliti di bidang TIK. Bandung Techno Park dirintis sejak 2006 melalui permohonan pada Dirjen Depperin, Pada awal tahun 2007 Deperin memberikan ijin untuk mengembangkan UPT Telematika sekaligus memberikan hibah perangkat.
UPT Telematika bertujuan untuk menumbuhkan dan membina industri kecil dan menengah di bidang TIK. Sedangkan, PDT nantinya akan lebih banyak kegiatan-kegiatan riset aplikatif.
            Perusahaaan-perusahaan yang telah bergabung di lingkungan Bandung Technopark  sebanyak 17 perusahaan dan merupakan perusahaan IKM. Bandung Technopark sendiri rencananya akan menjadi tempat penelitian dan pengembangan teknologi TIK diantaranya yaitu : Sebagai tempat usaha berbagai bidang Teknologi, Lokasi berbagai jenis Manufactur, pusat pelatihan bidang-bidang teknologi, tempat untuk melakukan R & D di bidang Sains & Teknologi, incubator Bisnis bidang teknologi dan juga sebagai tempat kerjasama industridan universitas/lembaga penelitian.
            Untuk rencana kedepan agar menarik minat para pelaku bisnis agar tertarik untuk membuka usahanya di Bandung Technopark, ada beberapa fasilitas yang di berikan BTP diantaranya : Fasilitas dan infrastrukur yang memadai, kemudahan usaha karena berada dalam suatu klaster usaha yang sejenis, sewa ruangan lebih murah, insetif pajak, memberi bantuan fasilitas dalam memasarkan produk yang dihasilkan, lingkungan yang kondusif bagi pengembangan produk-produk inovatif, dan kemudahan birokrasi.
            Sumber daya manusia saat ini yang bekerja di Bandung Technopark merupakan dosen-dosen dari STT Telkom, namun untuk kedepannya direncanakan akan merekrut para peneliti dari luar Bandung Technoprak.
            Saat ini Bandung Technoprak sudah melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga pelatihan dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan / keahlian diantaranya yaitu dengan Training Center ZTE, CISCI, SAP, dan LSP.  Bandung Technopark saat ini baru mengembangkan software, sehingga masih belum mebutuhkan bahan-bahan baku dari luar atau dalam Technopark. Namun apabila membutuhkan peralatan/bahan baku, Bandung Technopark meminta support dari kementrian Perindustrian dan Perdagangan.
            Rencana yang akan datang, Bandung Technopark sendiri akan bekerjasama dengan lembaga keuangan agar dapat membantu financial bagi para pengusaha-pengusaha IKM. Bandung Technopark berperan dalam membantu meningkatkan keahlian bidang teknologi dan ekonomi masyarakat sekitarnya dengan memberikan pengetahuan dan pelatihan tentang teknologi TIK misalnya saja Internet.
            Laboratorium yang digunakan saat ini merupakan laboratorium yang dimiliki oleh yayasan STT Telkom, diantaranya :
•   4 Laboratorium Sistem Elektronika
•   3 Laboratorium Sistem Jaringan dan Multimedia
•   3 Laboratorium Pengolahan sinyal Informasi
•   4 Laboratorium Transmisi Komunikasi
•   3 Laboratorium Sistem Komunikasi
•   4 Laboratorium Informatika Teori dan Pemograman
•   4 Laboratoria Rekayasa Perangkat Lunak dan Data
•   4 Laboratoria Sistem Komputer dan Jaringan
•   15 Laboratorium Rekayasa Industri

Rencananya ada beberapa Infrastruktur dasar yang nantinya akan ada Bandung Technopark yaitu, akses jalan raya,akses  jalur kereta api, fasiitas  tempat parkir, suplai air, suplai energy listrik. Kemudian untuk infrasturktur bisnis nantinya akan dibangun beberapa ruangan kantor/tempat usaha dan juga fasilitas konferensi. Sebagai fasilitas pendukungnya  akan dibangun pusat kebugaran, tempat rekreasi teknologi, dan restaurant.
Untuk pusat layanan dan Konsultasi, Bandung Technopark akan memberikan fasilitas berupa layanan telekomunikasi dan layanan IT sehingga nantinya dengan adanya fasilitas tersebut dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Kemudian, ada layanan pendukung lainnya yang diberikan oleh Bandung Technopark, diantaranya yaitu: Manajemen fasilitas, keamanan infrastruktur, dan juga transportasi umum.
Untuk layanan bisnis dan non bisnisnya, bandung Technopark berencana memberikan fasilitas pelayanan berupa adanya pusat informasi, jasa financial dan hukum, jasa pemasaran (Event organizer, promosi, tempat pameran), jasa transportasi, ekspedisi, pusat perbankan, layanan kesehatan, catering, dan juga layanan pendidikan yaitu perguruan tinggi.
Ada beberapa program yang akan diberikan oleh Bandung Technopark sebagai daya tarik bagi perusahaan-perusahaan diantaranya memberikan insentif pajak, pengakuan nasional & popularitas, juga tempat yang akan dibangun dapat memberikan kenyamanan dan dapat menarik para pengunjung.
Bandung Technopark selama ini telah mempromosikan diri melalui pameran-pameran tekhnologi dan media massa dengan tujuan agar Bandung Technopark dapat dikenal lebih luas oleh perusahaan dan masyarakat.
Beberapa produk yang telah dihasikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bandung Technopark saat ini digunakan oleh kementrian perindustrian dan perdagangan, kementrian kesehatan, dan kementrian komunikasi dan informasi.
Bandung Technopark merencanakan akan mendirikan unit layanan perizinan terpadu sehingga memudahkan para tenan dalam mengurus perizinan usahanya. Sedangkan lama waktu untuk mengurus perizian bagi para tenan untuk mendirikan diusahakan secepat mungkin kira-kira antara 1 bulan-3 bulan.
Dengan adanya Bandung Technopark diharapkan dapat menghubungkan antara pihak akademik, bisnis, dan pemerintah. Sehingga dengan adanya hubungan yang sinergis diantaranya akan meningkatkan pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), mencakup infrastruktur, aplikasi, konten, konteks dan regulasi. Hubungan antara dunia akademik-bisnis pemerintah secara sinergi dalam mendukung pertumbuhan industri lokal melalu transfer teknologi, joint research dan dukungan regulasi. Pertumbuhan Industi Kecil-Menengah (IKM) berbasis Ilmu pengetahuan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus sebagai penguatan sendi IKM dari persaingan dalam arus perdagangan bebas.


Profil Ganesha Sukowati Techno Park (GSTP) Sragen

Sragen Technopark yang diresmikan pada tanggal 30 Juni 2009 oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdiri di Jl. Dr. Sutomo Sragen, di atas areal milik pemerintah Kabupaten Sragen akan menjadi wadah kompetensi sumber daya manusia (SDM), dengan menjalankan fungsi One Stop Service Labor Market (OSSLM).
Ganesha Sukowati Technopark, Sragen didirikan dengan tujuan menetapkan dan mengimplementasikan R&D, pelatihan, mengembangkan, kemandirian maupun kerjasama untuk meningkatkan keahlian, tenaga kerja, produk, dan pelayanan yang mempunyai nilai jual dan nilai tambah bagi pemerintah dan masyarakat Sragen.Dengan luas hampir 30 ha, selain diarahkan ke industri/teknik, nantinya juga ada ke arah penyiapan sdm di bidang agro-industri.


Sarana dan fasilitas di Technopark ganesha Sukowati adalah :


A. Kejuruan Otomotif

1. Workshop Mobil Bensin
2. Workshop Mobil Diesel
3. Workshop Sepeda Motor


B. Kejuruan Teknik Mekanik

1. Workshop Mesin Computer Numerical
2. Workshop Mesin Produksi
3. Workshop Las/Welding
4. Workshop Plumbing
5. Workshop Pneumatic Hydroulic
6. Workshop Electro Platting
7. Workshop Cad / Cam


C. Kejuruan Listrik

1. Workshop Teknik Pendingin
2. Workshop Elektronika
3. Workshop Instalasi Tenaga
4. Workshop Motor Listrik


D. Kejuruan Konstruksi

1. Workshop Bangunan Kayu
2. Workshop Bangunan Batu


E. Kejuruan Administrasi Dan Bisnis

1. Workshop Akuntansi Komputer
2. Workshop Sekretaris Kantor
3. Laboratorium Bahasa


F. Kejuruan Handy Craft

1. Workshop Menjahit
2. Workshop Bordir
3. Workshop Garmen


G. Sertifikasi Dan Skill

1. Welding Engineer
2. Qa/Qc Engineer
3. Welder 1g – 6g, 6gr - Mechanical Engineer
4. Pipe Fitter
5. Instrument Fite
6. Instrument Technision – Structure Fitter
7. Electrical Engineer
8. Structure Engineer
9. Rigger
10. Logger


Sarana Penunjang
Sarana penunjang di technopark Ganesha Sukowati, terdiri dari :

1. Kios 3 In 1
2. Ruang Teori Berbagai Jurusan
3. Laboratorium Bahasa
4. Perpustakaan
5. Asrama Putra Dan Putri
6. Masjid
7. Kantin Kapasitas 50 Orang
8. Air Bersih Pdam
9. Listrik 400 Kva
10. Telepon 10 Line
11. Instalasi Pengolah Limbah (Ipal)
12. Rest Area
13. Hutan Kota
14. Parkir Luas


Profil Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) Serpong

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) adalah nama Kawasan Riset Terbesar di Indonesia yang dikenal sebagai Kawasan Puspitek, terletak di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten, didirikan pada tahun 1976 atas gagasan Menteri Riset Prof.Dr.Sumitro Djojohadikusumo dan diwujudkan pelaksanaanya oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi Prof. Dr.-Ing. B.J. Habibie.
Dengan tujuan untuk mendukung proses industrialisasi di Indonesia maka Puspiptek dirancang untuk menjadi kawasan yang mensinergikan SDM terdidik dan terlatih, peralatan penelitian dan pelayanan teknis yang paling lengkap di Indonesia serta teknologi dan keahlian yanq telah terakumulasikan selama lebih  dari  seperempat abad.
Untuk itu maka semua sarana dan prasarana yang ada di Kawasan sejak perencanaannya telah diarahkan untuk kegiatan penelitian & pelayanan teknis, kawasan industri teknologi tinggi dan pendidikan tinggi strata pasca sarjana. Kawasan seluas 660 hektar ini menurut Rencana Induknya akan terbagi atas tiga area yaitu area laboratoria, area industri dan area pendidikan tinggi
Pengernbangan Puspiptek tahap pertama berupa pengembangan area laboratoria telah dilaksanakan lebih dari 25 tahun untuk membangun sarana dan prasarana bagi 35 Laboratoria dengan 3140 Staff yang terdiri dari 109 Doktor 400 Master dan 2000 Sarjana S1 dan D3, serta peralatan yang bernilai tidak kurang dari 500 juta dolar.
Keseluruhan 35 Laboratorium  telah beroperasi,  dan  merupakan koordinasi teknis antara LIPI, BPPT, BATAN dari Kementerian Riset dan Teknologi serta dua laboratorium dibawah  Kementerian Lingkungan Hidup yaitu Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Sarpedal), dan Pusdiklat Lingkungan
.Lokasi Puspitek sangat strategis, dapat dicapau dari Jakarta, Bogor, dan Tangerang. Puspiptek dapat dicapai dari Jakarta melalui tol Kebun Jeruk-Merak, keluar di pintu Tangerang ke arah Serpong melalui Bumi Serpong Damai pada jalan Raya yang menuju Bogor dengan jarak sekitar 18 km.
Selain itu, dapat pula melalui tol Taman Mini ke arah Pondok Pinang, keluar di pintu Pondok Indah ke sebelah kiri menuju Ciputat ke arah Bogor, dan belok kanan pada daerah Cimanggis ke arah Pamulang menuju Puspiptek dengan jarak sekitar 15 km.
Bila berangkat dari Bogor, menyusuri jalan ke arah Parung, dan pada pasar Parung mengambil jalan kiri ke arah Tangerang dengan jarak sekitar 15 km.
Dengan kereta api Jakarta-Merak berhenti di Stasiun Serpong, atau Kereta Api Kota Tanah Abang/Kota – khusus berhenti di Serpong.
Dari bandara Sukarno Hatta perjalanan sekitar 1 jam ke arah Tangerang, melewati pintu Tol Tangerang dari jalan tol Kebon Jeruk-Merak, ke arah Bumi Serpong Damai. Dari Lapangan Terbang Pondok Cabe sekitar 30 menit ke arah Pamulang–Muncul–Puspiptek.


Kebijakan Pengembangan ICT Technopark di Beberapa Negara

Dari berbagai sumber yang dikumpulkan, berikut di bawah ini adalah komparasi kebijakan pengembangan ICT Technopark di beberapa negara, antara lain: Malaysia, Singapura, Korea, Turki, Rusia, India, dan Negara-negara teluk yang tergabung dalam GCC (Gulf Cooperation Council).
Beberapa kebijakan penting yang perlu diperhatikan antara lain menyangkut : komitmen dan dukungan pemerintah daerah serta lembaga pemerintah lainnya, komitmen jangka panjang, insentif, memiliki karakteristik, best practice, dan lokasi technopark.


Komitmen dan dukungan pemerintah daerah

Pada 1990-an pemerintah Korea Selatan menegaskan kembali komitmennya untuk Daedeok Innopolis, sebuah distrik  penelitian dan pengembangan yang pada awalnya didirikan pada tahun 1973, dengan dukungan politik dan pendanaan. Korea Selatan melakukannya karena, seperti negara-negara berkembang,  tiba di suatu titik di dalam perkembangan ekonomi yang mana di titik itu diperlukan industri teknologi yang lebih matang agar lebih  maju. Upaya dan investasi tersebut terbayar lunas; Korea Selatan telah terdaftar sebagai peringkat pertama pada Digital Opportunity Index dari International Telecommunication Union, antara tahun 2000 dan 2006, dan naik ke tempat ke-6 di Readiness Indeks e-Government PBB pada tahun 2008, naik dari posisi ke-13 tahun 2003.
Daedeok Innopolis, sebelumnya dikenal sebagai Daedeok Science City, adalah daerah penelitian dan pengembangan di distrik Yuseong-gu di Daejeon, Korea Selatan. Daedeok Innopolis tumbuh dari klaster penelitian yang didirikan oleh Presiden Park Chunghee pada tahun 1973 dengan pembukaan KAIST (Korea Advanced Institute of Science and technology). Lebih dari 20 lembaga penelitian besar dan lebih dari 40 pusat penelitian perusahaan membentuk klaster  ilmu pengetahuan ini. Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah perusahaan IT ventura bermunculan di daerah ini, yang memiliki konsentrasi tinggi  dalam ilmu terapan. Ada 232 lembaga penelitian dan pendidikan dapat ditemukan di Daejeon, sebagian besar  di daerah Daedeok, di antaranya Elektronics dan Telecomunication Research Institute dan Korea Aerospace Research Institute.
Di Rusia, Sarov Open Technopark mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah dan lembaga pemerintah lainnya :
•     Administrasi Sarov, termasuk Program Pembangunan Kota Tertutup dari Sarov;
•     Badan Federal Ilmu Pengetahuan dan Inovasi;
•     Departemen Perindustrian dan Sains Nizhniy Novgorod;
•     Badan Energi Atom Federal untuk Senjata Nuklir di bawah Kompleks Program Restrukturisasi dan Program RFNC-VNIIEF Restrukturisasi FSUE;
•     RFNC-VNIIEF bawah VNIIEF Inovasi Program Pengembangan yang disetujui oleh utusan berkuasa penuh Presiden Rusia ke Distrik Federal Volga.


Konsep Sarov Open Technopark terletak pada konsentrasi

layanan khusus di satu tempat dan menyediakan infrastruktur yang menawarkan segalanya untuk menjalankan bisnis di bidang komersialisasi teknologi.
Sedangkan di India, Technopark Kerala didedikasikan untuk usaha TI. Ini adalah technopark pertama dan terbesar di India. Diluncurkan pada tahun 1990, Technopark ini pada 2010 telahmemiliki  450.000 meter persegi ruang built-up, dan merupakan rumah bagi lebih dari 185 perusahaan, yang mempekerjakan lebih dari 30.000 profesional. Kebijakan liberalisasi ekonomi yang diprakarsai oleh pemerintah India pada tahun 1991 dan pesatnya pertumbuhan industri perangkat lunak global selama tahun 1990-an secara substansial memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan.
Technopark ini dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Kerala dan dipimpin oleh seorang Chief Executive Officer. Selain ini, ia memiliki Dewan Pengurus dan Dewan Pelaksanaan Program, yang keduanya termasuk pejabat tinggi pemerintah [3] kantor. Administratif, termasuk dari CEO, yang bertempat di gedung Centre Park. Technopark juga menjadi tuan rumah Teknologi Inkubasi Bisnis Cell dan Software Kompetensi Centre, terletak di Centre Park.
Unit-unit di Technopark termasuk perusahaan domestik, usaha patungan dan anak perusahaan asing terlibat dalam berbagai kegiatan, yang meliputi tertanam pengembangan perangkat lunak, teknologi kartu pintar (Smart card), perencanaan sumber daya perusahaan (ERP), proses desain kontrol perangkat lunak, rekayasa dan komputer-aided desain pengembangan perangkat lunak, IT Enabled Services (ITES), proses re-engineering, animasi dan e-bisnis.


Komitmen jangka panjang untuk pengembangan ICT

Sebagai Technopark komersial, ICT Technopark sebagian kegiatannya adalah dalam bisnis penyewaan real estat. Namun itu tidak boleh menjadi satu-satunya fokus mereka. Fokus mereka harus berada pada kemitraan jangka panjang yang menarik dan mempertahankan penyewa strategis. Faktor-faktor yang membantu hal  ini meliputi beberapa hal, antara lain ketersediaan modal dan promosi budaya inovasi. Faktor-faktor lain yang berpengaruh termasuk menghormati kekayaan intelektual dan undang-undang perlindungan hak cipta, dan proses yang benar untuk menarik perusahaan ICT yang berkualitas dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk staf mereka.
Sebagai contoh, MSC Malaysia, operator ICT technopark di Malaysia, memiliki beberapa karakteristik tersebut. ICT Technopark melakukan saringan ketat untuk memastikan manfaatnya, seperti hibah penelitian yang hanya berlaku untuk calon penyewa yang paling strategis. Demikian juga Singapore Science Park menggunakan link ke universitas dan institusi bisnis terdekat untuk mengidentifikasi pekerja terampil dan membantu tenan untuk merekrut mereka.
Selain itu, Dubai Technopark telah menjanjikan untuk mendanai proyek-proyek R & D yang menjawab tantangan utama sosial-ekonomi di wilayah tersebut. IBM adalah salah satu 50 perusahaan terkemuka dalam diskusi rinci dengan Dubai Technopark untuk mendirikan sebuah pusat penelitian dan pengembangan (R & D)  dalam inisiatif penting yang bisa membantu mengubah emirat menjadi ekonomi berbasis pengetahuan
IBM, bersama dengan perusahaan teknologi terkemuka seperti Microsoft dan Cisco Systems, mengoperasikan kantor di daerah zona bebas Dubai Internet City, meskipun layanan perusahaan memberikan sebagian besar melalui penjualan dan departemen pemasaran dengan pengembangan riset kecil-kecilan.


Insentif

ICT Technoparks dapat menarik perusahaan-perusahaan dengan menawarkan insentif finansial. Insentif pajak, kepemilikan asing pemuh, dan repatriasi adalah beberapa konsesi regulasi penting yang dapat ditawarkan ICT technopark jika didukung oleh pemerintah.
Banyak ICT Technoparks telah bergerak bukan hanya menjadi surga pajak bagi para tenan me;lainkan juga menawarkan insentif tambahan pada harga real estat, gaji pegawai, dan layanan dukungan bisnis. Bebarapa ICT Technoparks memberi perhatian penuh pada beberapa tenan pentinmg ynag strategis (biasanya perusahaan startup, perusahaan berorientasi expor, atau lembaga penelitian).
Sebagai contoh, Daedeok Innopolis di Korea mengenakan biaya sewa setara dengan 1 persen dari harga sewa kantor / ruangan terhadap beberapa perusahaan asing yang dipilih.
Contoh lain adalah InnovationWorks, sebuah inkubator di dalam Shannon Development di Irlandia, memberikan tambahan gaji kepada perusahaan startup sebanyak $30,000 pada tahun pertama.
Sebagian ICT technoparks di GCC (Gulf Cooperation Council) menyediakan regulasi insentif bagi tenan, termasuk 100 persen pembebasan pajak dan penghapusan pajak impor.
Sedangkan di Metu Technopolis (MetuTech) Turki, menyediakan insentif untuk kegiatan R&D yang bertujuan untuk dukungan keuangan untuk penelitian sistem baru, teknik produksi untuk menciptakan produk baru atau untuk meningkatkan daya saing produk yang ada. Metutech juga menyediakan beberapa layanan bebas biaya kepada klien pada berbagai mata pelajaran, seperti sebagai HKI, lisensi dan masalah hukum (seperti manajemen kontrak), pemasaran internasional, dan pendanaan.


Karakteristik ICT Technopark

ICT Technopark yang dikelola di bawah Gulf Cooperation Council (GCC)  direkomendasikan agar memiliki Karakteristik. ICT Technopark secara geografis dipisahkan dan berada di area yang aman, yang dioperasikan oleh administrasi tunggal, yang menaungi perusahaan-perusahaan yang bergerak  dalam bisnis TIK. Berikut ini enam karakteristik yang menentukan pembangunan ICT Technopark dan membantu menentukan jenis penyewa yang pada akhirnya pindah ke sana:
•     Visi
•     Klaster TIK
•     Infrastruktur & Layanan
•     Enabler & Stakeholder
•     Peraturan & Pemerintahan
•     Target Pasar
1.   Visi: ini mengacu pada maksud, tujuan keseluruhan, dan fokus dari taman ICT. Sebuah visi taman ICT biasanya sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan aspirasi ekonomi negara tuan rumah
2.   Klaster TIK: Perusahaan-perusahaan berbeda yang tertarik pada sebuah ICT Technopark dapat dikelompokkan dalam klaster tergantung pada pelanggan yang mereka layani atau solusi teknologi yang mereka sediakan. Sebagai contoh, sebuah klaster ICT bisa melayani kebutuhan industri energi, atau mungkin melayani kebutuhan sektor pemerintah. Klaster ICT mungkin juga melayani industri seperti keuangan, penerbangan, kedirgantaraan dan pertahanan. Perusahaan di klaster biasanya termasuk pemasok khusus, penyedia R & D yang berhubungan secara geografis atau yang memiliki pelanggan yang sama. Koneksi ini membuat ekosistem yang memperkuat diri di mana secara kelompok klaster ini lebih kuat daripada sendirian.
3.   Infrastruktur & Layanan: Untuk menarik perusahaan berbakat terbaik dan paling menarik, sebuah ICT Technopark harus menyediakan lingkungan bisnis yang terbaik. Ini termasuk infrastruktur dan layanan dari berbagai jenis, dari fasilitas parkir yang baik dan ruang kantor dirancang dengan baik sampai layanan yang lebih maju seperti pemesanan perjalanan dan akses ke dokter.
4.   Enabler & Stakeholder: Tidak ada ICT Technopark yang dapat berkembang sendiri, tetapi perlu terhubung ke organisasi-organisasi luar yang mendukung perkembangannya. Tergantung pada fokus sebuah ICT Technopark, para stakeholder dapat mencakup pemerintah daerah dan nasional, regulator, lembaga pendidikan, inkubator, penyedia layanan, dan perdagangan dan asosiasi ICT Technopark. Seberapa besar saham suatu organisasi ini ICT Technopark dapat menentukan jenis akses penyewa ICT Technopark  terhadap bakat, pembiayaan, pasar, layanan nilai tambah dan keahlian.
5.   Regulasi dan Tata pamong: ICT Technopark  biasanya ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus. Penunjukan ini memungkinkan mereka untuk membuat aturan khusus dan menawarkan insentif regulasi, fiskal, dan administratif untuk penyewa mereka. Ini termasuk fasilitas dari setup bisnis, kepatuhan terhadap undang-undang tenaga kerja internasional, kepemilikan asing penuh dan repatriasi keuntungan, dan tarif pajak yang lebih rendah,  peraturan telekomunikasi yang lebih longgar, dan kepatuhan terhadap hukum kekayaan intelektual. Adalah penting bahwa insentif ini diberikan dengan cara yang mencerminkan kepekaan ekonomi dan budaya dari negara tuan rumah
6.   Target Pasar: Sebuah ICT Technopark biasanya melayani pasar tertentu, apakah di sekitarnya langsung, daerah, atau global. Akses pasar didasarkan pada hubungan perdagangan negara tuan rumah, aksesibilitas geografis pasar, ukuran dan pertumbuhan pasar TIK, dan kompetisi di pasar ini. Sebuah identifikasi yang jelas dari target pasar membantu penyewa dan administrasi ICT Technopark untuk mengerti nilai proposisi dan peluang bisnis yang ada.



Best Practice

ICT Technopark di Australia dan technopark internasional lainnya  memiliki “best practice” yang menunjukkan baik kekuatan dan kelemahan dalam pemerintahan, manajemen dan operasi. Namun, semua secara umum mereka memiliki sejumlah tema yang sama:
•     kepatuhan yang kuat terhadap pengembangan visi-ekonomi jangka panjang selama  periode 15 tahun atau lebih
•     bahwa pemerintah, di tingkat lokal, Negara dan kepemimpinan tingkat nasional memberikan fasilitas dan dukungan
•     bahwa peran utama pemerintah adalah untuk membantu perakitan dan pemeliharaan aset inti seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan unsur-unsur utama dari infrastruktur publik
•     pada awal setiap Technopark  telah disediakan dengan bantuan  yang signifikan, seperti akses terhadap keuangan dan infrastruktur, oleh pemerintah, dimana dana pemerintah diberikan untuk pembentukan awal dari Technopark, terutama untuk biaya operasinal yang diharapkan akan berkurang dari waktu ke waktu sampai ke titik di mana masing-masing technopark dapat mandiri secara finansial.


Lokasi ICT Technopark

Data dari berbagai survei menunjukan bahwa 44% technopark di dunia berlokasi di kota-kota kecil. Sebuah kota kecil adalah kota yang memiliki populasi antara 50 – 500 ribu orang, kota sedang memiliki populasi 500 ribu – 1 juta orang, dan kota besar berpenduduk di atas 1 juta orang.
Technopark di Eropa yang terletak di kota-kota kecil berjumlah sekitar 53%. Di Eropa Tengah  bahkan lebih tinggi, yang jelas bahwa daerah ini memang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi. Namun di Eropa Timur sebagian besar Technopark terletak di kota-kota besar, walaupun kepadatan kota di wilayah ini lebih kecil. Technopark di daerah ini menderita kekurangan tanah kosong; paling sering mereka dibuat dalam bangunan yang ada yang disesuaikan dengan kebutuhan technoparks.
Adapun lokasi Technopark dan hubungan mereka dengan universitas. Data yang diberikan menunjukkan bahwa situasi di Eropa Timur secara langsung bertentangan dengan yang di Eropa Selatan. Sedangkan 45% dari Technopark di Eropa Timur terletak di dalam kampus universitas, dari porsi tersebut Technopark di Eropa Selatan hanya 16%. Sebaliknya, 63% dari Technopark di Eropa Selatan di luar kampus universitas. Jumlah Technopark yang terletak di tanah milik universitas di Eropa Selatan meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Sekarang mari kita lihat jarak antara Technopark dan universitas. Faktor ini penting, karena kedekatan memfasilitasi kerja sama antara Technopark dan universitas dan, apa yang lebih penting, antara universitas dan penyewa Technopark.
Data menunjukkan bahwa Technopark cenderung berada sedekat mungkin ke universitas (48% dari Technopark terletak di dalam kampus universitas, 28% terletak dalam jarak 5-km, 11% dari Technopark terletak dalam jarak 5 sampai 20 km dari universitas). Hal ini terutama terlihat di Eropa Tengah, di mana 83% dari Technopark berlokasi baik di dalam universitas kampus atau sangat dekat dengan  universitas.


Kebijakan penting untuk keberhasilan sebuah ICT Technopark di antaranya adalah sebagai berikut:

1.   Komitmen dan dukungan pemerintah daerah. Bantuan politis dan pendanaan dari pemerintah  sangat dibutuhkan pada saat awal pendirian sebuah ICT Technopark, untuk selanjutnya pemerintah berperan dalam pemeliharaan fasilitas-fasilitas utama seperti laboratorium dan infrastruktur.
2.   Adanya komitmen jangka panjang untuk pengembangan ICT Technopark dengan membangun kemitraan jangka panjang dengan para tenan, antara lain hibah untuk tenan strategis, dana bantuan untuk R&D bagi perusahaan yang melakukan penelitian dan pengembangan bidang-bidang yang strategis.
3.   Adanya insentif bagi para penyewa di ICT Technopark, seperti insentif pajak, keringanan sewa, bantuan pembayaran gaji pegawai bagi perusahaan pemula (statup company), dan insentif R&D
4.   Memiliki karakter : Visi, Klaster TIK , Infrastruktur & Layanan, Enabler & Stakeholder, Regulasi & Tata pamong, Target Pasar
5.   Beberapa negara memiliki best practice untuk pendirian dan pengembangan Technopark: Visi ekonomi jangka panjang, Dukungan pemerintah, Peran pemerintah memelihara aset inti: universitas, lembaga R&D, infrastruktur publik, Bantuan dana dan infrastruktur di awal pendirian technopark
6.   Lokasi Technopark di dunia tidak hanya di kota-kota besar, 44% ternyata berlokasi di kota-kota kecil.

Keberhasilan sebuah ICT Technopark sangat dtentukan oleh kolaborasi A-B-G yang optimum. Pola kolaborasi ini dapat dirumuskan dengan pendekatan Triple Helix, yang dikembangkan oleh Henry Etzkowitz dan Loet Leydesdorff, yang didasarkan pada perspektif Universitas sebagai pemimpin hubungan dengan Industri dan Pemerintah, untuk menghasilkan pengetahuan baru, inovasi dan pembangunan ekonomi. Lebih jauh Etzkowitz mengemukakan implikasi kebijakan dari model triple helix ini, yang menggambarkan sinergi perkembangan ketiga unsur A-B-G yang mengarah kepada suatu kondisi “pertumbuhan ekonomi berbasis pengetahuan” .
Berbeda dengan negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa, dimana ketiga unsur A-B-G berdiri secara terpisah karena masing-masing pihak memiliki inisiatif dan kebutuhan untuk berkolaborasi - dalam hal ini pendekatan “bottom-up” dan “top-down” berjalan seiring - model triple helix yang sesuai untuk Indonesia adalah suatu model dimana peran pemerintahnya dominan, mengingat secara sosial-budaya dan ekonomi membutuhkan suatu patern yang kuat dan berpengaruh yang dapat menyatukan semua unsur A-B-G untuk menuju pertumbuhan masyarakat berbasis pengetahuan. Selanjutnya secara bertahap peran pemerintah berkurang seiring dengan berkembangnya ICT Technopark tersebut sehingga akhirnya pola kolaborasi A-B-G berubah menjadi model dengan ketiga unsur terpisah seperti di negara-negara maju.
Dari hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan adanya ICT Technopark di Indonesia sudah sangat mendesak untuk memacu pertumbuhan industri TIK agar dapat memenuhi kebutuhan pasar TIK di dalam negeri yang terus meningkat.
Dari beberapa technopark yang disurvei, Puspitek Serpong memiliki potensi  yang lebih unggul dari segi sumberdaya, infrastruktur, dan industri penunjang di sekitarnya sehingga layak untuk dikembangkan menjadi ICT Technopark.
Mengingat Indonesia belum memiliki pola kebijakan pengembangan  Technopark, maka diperlukan adanya suatu framework yang akan menjadi acuan bagi pengembangan sebuah technopark. Framework technopark tersebut secara umum terdiri dari : Outcome, Tujuan, Strategi, dan Pengukuran Kinerja.
Adapun pola kolaborasi A-B-G (Akademia-Bisnis-Pemerintah) yang optimum untuk Indonesia pada tahap awal adalah model triple helix yang menempatkan pemerintah sebagai unsur yang memiliki peran dominan. Pada model ini insiatif dari para ilmuwan dan peneliti (bottom-up) mendapat dukungan dari pemerintah (top-down) untuk bersama-sama menggandeng pihak industri mengembangkan produk-produk baru yang inovatif. Namun selanjutnya peran pemerintah diharapkan akan berkurang sejalan dengan perkembangan ICT Technopark.





Analisis Keunggulan Kompetitif Technopark di Indonesia


Bagian ini mempertimbangkan kedua faktor penentu, dan pengaruh pada keunggulan kompetitif pada beberapa Technopark di Indonesia, yaitu Puspitek Serpong, Jababeka, Bandung High Tech Valley (BHTV), Bandung Techno Park (BTP), Solo techno Park (STP), Sragen Technopark (GSTP), Surabaya Technopark, dan Batam.
Dari temuan survei, technopark yang secara fisik telah berdiri bangunannya adalah STP dan GSTP, demikian pula dengan sumberdaya manusianya telah tersedia untuk mengelola Technopark tersebut. Salah satu kekurangan STP dan GSTP adalah tidak tersedianya fasilitas laboratorium untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk. Sebaliknya Puspitek, BHTP, dan BTP yang memiliki sarana laboratorium lengkap namun secara fisik tidak memiliki bangunan komersial sebagai sarana sebagian kegiatan technopark, yaitu komersialisasi hasil inovasi dan penelitian.
Adapun Surabaya Technopark yang berlokasi di Taman Bungkul dan Taman Flora secara definisi tidak dapat dikategorikan sebagai Technopark karena hanya menyediakan fasilitas umum yang menyediakan akses internet. Demikian juga Batam yang merupakan Industrial park tidak memiliki technopark serta Jababeka yang juga merupakan Industrial Park dan telah mengumumkan akan membangun Technopark sampai saat ini belum memiliki bangunan technopark secara fisik.
Dengan demikian pada analisis hasil penelitian, pembahasan akan difokuskan ke Puspitek, BHTP, BTO, STP, dan GSTP.



Faktor Penentu Keunggulan Kompetitif ICT Technopark :
Faktor Kondisi


Secara umum, kondisi sumberdaya yang tersedia di Puspitek serpong lebih kompetitif dibandingkan dengan kondisi sumber daya di Technopark lain. Demikian juga dengan infrastruktur dasar, infrastruktur bisnis dan non bisnis di Puspitek lebih unggul. Sedangkan untuk Layanan dan Konsultasi Puspitek, BTP, STP, dan GSTP secara relatif berada pada posisi yang sama. Begitu juga dengan daya tarik,  Puspitek dan BTP lebih unggul dari STP dan GSTP karena adanya insentif pajak.



Faktor Permintaan


Dari semua technopark, hanya GSTP yang telah memproduksi barang dan menjualnya di dalam negeri (70%) maupn ke luar negeri (30%). Tidak adanya pertumbuhan jumlah tenan di dalam technopark mengindikasikan rendahnya permintaan dari kalangan bisnis / industri terhadap adanya technopark. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain kurangnya sosialisasi /promosi mengenai peran technopark atau kurangnya komitmen dari technopark untuk mengembangkan diri.


Faktor Industri Pendukung


Disekitar Puspitek, Jababeka, BTP dan Surabaya TP terdapat industri-industri pendukung dan industri lain yang terkait. Namun tidak adanya data mengenai pertumbuhan industri pendukung mengindikasikan tidak adanya perkembangan dari technopark-technopark tersebut karena industri pendukung akan tumbuh jika adanya permintaan dari industri di dalam technopark.



Faktor Strategi perusahaan, Struktur, dan Persaingan.


Dukungan pemerintah terhadap technopark dapat berupa diberikannya beberapa kemudahan dalam mengurus berbagai perijinan, pendirian perusahaan baru, perlindungan terhadap perusahaan kecil, dan sebagainya. Hampir semua pemerintah daerah di tempat berdirinya technopark memberikan kemudahan dalam pengurusan perijian denngan menyediakan layanan perijinan terpadu  (tabel 5.10). Untuk mendirikan perusahaan baru saat ini di semua tempat membutuhkan waktu sekitar 1-3 bulan. Namun hanya di Puspitek dan BTP pemerintah daerah memberikan kemudahan dalam pendirian perusahaan baru serta perlindungan terhadap perusahaan kecil (UKM) yang ada di technopark sebagai usaha technopark untuk berperan sebagai inkubator bisnis.



Faktor yang berpengaruh


Faktor kesempatan dan Pemerintah adalah faktor yang berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif suatu technopark. Puspitek memiliki dukungan pemerintah yang lebih baik dibandingkan denganTechnopark lain. Demikian juga dengan faktor kesempatan, secara geografis akses  ke Puspitek lebih banyak, begitu juga dengan lokasi industri dan universitas atau perguruan tinggi yang dapat bekerjasama dengan Puspitek tersedia dalam jarak yang tidak terlalu jauh.



Framework Untuk ICT Technopark di Indonesia


Perkembangan Technopark di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan pesat seiring dengan tumbuhnya industri TIK di tanah air. Sehubungan dengan itu diperlukan adanya suatu framework yang akan menjadi acuan bagi keberhasilan sebuah technopark. Framework technopark terdiri dari : Outcome, Tujuan, Strategi, dan Pengukuran Kinerja.



Outcome


ICT Technopark di Indonesia diharapkan akan memberikan tiga Outcome secara umum:

1.   ICT Technopark akan memainkan peran penting dalam meningkatkan daya saing internasional dengan cara:
•     memperluas dan mengembangkan keterampilan dasar komersialisasi dan pengalaman, khususnya sehubungan dengan penerapan teknologi baru di industri dan pengembangan baru industri berbasis teknologi informasi dan platform bioteknologi
•     merangsang perubahan budaya yang mengarah pada pengembangan yang lebih entrepreneurial usaha budidaya berdasarkan penerapan teknologi baru di industry
•     membantu dalam pengembangan lingkungan investasi yang menerima teknologi bisnis investasi dan keuangan, khususnya berkaitan dengan penerapan teknologi baru di industri.

2.   ICT Technopark akan menanggung pendirian dan pengembangan Pertumbuhan usaha berkelanjutan yang:
•     mempromosikan pembangunan regional
•     mendorong re-industrialisasi
•     memfasilitasi inovasi komersial dan industry

3.   ICT Technopark akan memberikan dasar untuk membuat dan pertumbuhan baru yang inovatif industri yang akan:
•     meningkatkan kekayaan melalui pertumbuhan industry
•     meningkatkan bisnis investasi di baru yang inovatif, industri teknologi tinggi
•     memberikan nilai tinggi, kesempatan kerja yang sangat terampil.



Tujuan
Pemerintah  memiliki empat tujuan yang luas untuk ICT Technopark di Indonesia:


•     menyediakan alat yang efektif untuk merangsang inovasi komersial, khususnya inovasi didorong oleh kemajuan dalam teknologi baru
•     Mendukung dan mendorong pengembangan industri kreatif dengan potensi pertumbuhan yang tinggi
•     merangsang keragaman dan persaingan dalam pasar
•     memulai pembangunan ekonomi fundamental dan re-industrialisasi.



Strategi


Pemerintah akan mencapai hasil dan tujuan untuk ICT Technopark dengan
memberikan dukungan dan bantuan kepada fasilitas yang memenuhi praktek terbaik internasional dalam bidang berikut:
•     pendorong kinerja ICT Technopark:
- Visi, misi dan tata kelola
- Posisi pasar
- Manajemen dan operasi

•     enabler praktek internasional terbaik:
- kualitas input
- Orang dan keterampilan
- Infrastruktur
- kekokohan Keuangan

Pemerintah akan memberikan dukungan dan bantuan untuk ICT Technopark melalui lima tahap perencanaan strategis dan proses operasional yang meliputi:
•      pengembangan proposal ICT Technopark
•      penyelesaian studi kelayakan ICT Technopark
•      pembentukan sebuah ICT Technopark yang mengatur badan
•      penyelesaian sebuah ICT Technopark rencana pengembangan strategis
•      berlangsung dukungan dan bantuan untuk pengembangan lebih lanjut dari ICT Technopark

Pemerintah  juga akan memberikan dukungan yang sedang berlangsung untuk ICT Technopark dengan :
•     memberikan pelatihan dan pendidikan kepada tim manajemen teknologi taman
•     menyediakan sarana ICT Technopark akreditasi manajemen
•     membantu dalam pembentukan sebuah asosiasi industri
•     memberikan kesempatan untuk promosi dan kesadaran ICT Technopark.


Pengukuran Kinerja


Pemerintah  akan mengembangkan target kuantitatif dan alat untuk mengukur kinerja ICT Technopark di Indonesia. Pemerintah akan melakukan terus menerus analisis dan review tata ICT Technopark, manajemen, operasi dan kinerja.Informasi ini akan digunakan untuk memperbarui dan memodifikasi kerangka kerja untuk ICT Technopark  untuk mencerminkan perubahan dalam lingkungan bisnis umum.


Kesimpulan


Di Indonesia telah berdiri beberapa Technopark, akan tetapi dalam perkembangannya masih jauh dari yang ideal untuk disebut sebagai Technopark yang memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dengan usaha sendiri (self sustained). Sebagian Technopark lebih berperan sebagai tempat berusaha dan pelatihan sedangkan sebagian yang lain merupakan tempat penelitian, belum ada yang merupakan tempat inkubasi bisnis teknologi TIK yang inovatif.
Dari berbagai respon masyarakat di daerah-daerah yang ada technoparknya, mereka lebih cenderung untuk mengharapkan Technopark yang ada dikembangkan daripada membuat sebuah Technopark yang terpusat di daerah tertentu. Untuk ICT Technopark, saat ini secara konseptual Bandung Technopark lebih siap untuk dikembangkan, terutama untuk teknologi Komunikasi. Namun jika ditinjau dari segi kedekatan wilayah industry TIK terhadap Technopark maka Jababeka dan Puspitek Serpong menjadi lebih potensial. Perbedaan mencolok antara Jababeka dan Puspitek Serpong adalah dari sisi pengelolanya, di Jababeka sepenuhnya dikelola oleh swasta sehingga kemungkinan lebih berorientasi kepada kepentingan bisnis yang mengakibatkan harga sewa gedung menjadi lebih mahal. Sebaliknya Puspitek Serpong adalah kawasan milik pemerintah sehingga berbagai kemudahan seperti harga sewa lebih rendah, insentif perpajakan, dan lain-lain menjadi lebih menarik untuk para calon tenan. Satu kendala yang sangat menggajal di Puspitek Serpong adalah akses ke lokasinya lebih  jauh .


Rekomendasi
 Framework Untuk ICT Technopark di Indonesia


OUTCOME


ICT Technopark di Indonesia diharapkan akan memberikan tiga Outcome secara umum:
1.   ICT Technopark akan memainkan peran penting dalam meningkatkan daya saing internasional dengan cara:
•     memperluas dan mengembangkan keterampilan dasar komersialisasi dan pengalaman, khususnya sehubungan dengan penerapan teknologi baru di industri dan pengembangan baru industri berbasis teknologi informasi dan platform bioteknologi
•     merangsang perubahan budaya yang mengarah pada pengembangan yang lebih entrepreneurial usaha budidaya berdasarkan penerapan teknologi baru di industry
•     membantu dalam pengembangan lingkungan investasi yang menerima teknologi bisnis investasi dan keuangan, khususnya berkaitan dengan penerapan teknologi baru di industri.

2.   ICT Technopark akan menanggung pendirian dan pengembangan Pertumbuhan usaha berkelanjutan yang:
•   mempromosikan pembangunan regional
•   mendorong re-industrialisasi
•   memfasilitasi inovasi komersial dan industry

3.   ICT Technopark akan memberikan dasar untuk membuat dan pertumbuhan baru yang inovatif industri yang akan:
•     meningkatkan kekayaan melalui pertumbuhan industry
•     meningkatkan bisnis investasi di baru yang inovatif, industri teknologi tinggi
•     memberikan nilai tinggi, kesempatan kerja yang sangat terampil.



TUJUAN


Pemerintah  memiliki empat tujuan yang luas untuk ICT Technopark di Indonesia:
•     menyediakan alat yang efektif untuk merangsang inovasi komersial, khususnya inovasi didorong oleh kemajuan dalam teknologi baru
•     Mendukung dan mendorong pengembangan industri kreatif dengan potensi pertumbuhan yang tinggi
•     merangsang keragaman dan persaingan dalam pasar
•     memulai pembangunan ekonomi fundamental dan re-industrialisasi.


STRATEGI


Pemerintah akan mencapai hasil dan tujuan untuk ICT Technopark dengan
memberikan dukungan dan bantuan kepada fasilitas yang memenuhi praktek terbaik internasional dalam bidang berikut:

•     pendorong kinerja teknologi taman:
- Visi, misi dan tata kelola
- Posisi pasar
- Manajemen dan operasi

•     enabler praktek internasional terbaik:
- Pengetahuan kualitas input
- Orang dan keterampilan
- Infrastruktur
- kekokohan Keuangan

Pemerintah akan memberikan dukungan dan bantuan untuk ICT Technopark melalui lima tahap perencanaan strategis dan proses operasional yang meliputi:
• pengembangan proposal ICT Technopark
• penyelesaian studi kelayakan ICT Technopark
• pembentukan sebuah ICT Technopark yang mengatur badan
• penyelesaian sebuah ICT Technopark rencana pengembangan strategis
• berlangsung dukungan dan bantuan untuk pengembangan lebih lanjut dari ICT Technopark

Pemerintah  juga akan memberikan dukungan yang sedang berlangsung untuk ICT Technopark oleh:
• memberikan pelatihan dan pendidikan kepada tim manajemen teknologi taman
• menyediakan sarana ICT Technopark akreditasi manajemen
• membantu dalam pembentukan sebuah asosiasi industri
• memberikan kesempatan untuk promosi dan kesadaran ICT Technopark.


PENGUKURAN KINERJA


Pemerintah  akan mengembangkan target kuantitatif dan alat untuk mengukur kinerja ICT Technopark di Indonesia. Pemerintah akan melakukan terus menerus analisis dan review tata ICT Technopark, manajemen, operasi dan kinerja.Informasi ini akan digunakan untuk memperbarui dan memodifikasi kerangka kerja untuk ICT Technopark  untuk mencerminkan perubahan dalam lingkungan bisnis umum.






Daftar Pustaka
[1]            
  1. Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Technology_park   17/7/2010
  2. Budi Raharjo, “Kerangka Technopark di Perguruan Tinggi “, PAU Bidang Mikroelektronika ITB, 2002
  3. Analytical Center for Non-Proliferation, “A Feasibility Study of Sarov Open Technopark Project”, Sarov 2005
  4. Agus Haryadi, “Penentuan Lokasi Solo Technopark” http://agus-haryadi.blogspot.com/2008/08/i.html   17/7/2010
  5. Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Technopark,_Kerala   17/1/2010
  6. Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Cyberjaya  18/7/2010
  7. http://www.technoparkchaichee.com/   18/7/2010
  8.  Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Bandung_High_Tech_Valley  17/7/2010
  9. http://www.surakarta.go.id/news/solo.techno.park.stp.html   17/7/2010
  10.  http://www.sragenkab.go.id/berita/berita.php?id=7436   17/7/2010
  11. http://www.ristek.go.id/index.php?module=News%20News&id=3530    17/7/2010
  12. http://ittelkomtoday.blogspot.com/2010/01/bandung-techno-park-siap-wujudkan.html - 23/6/2010
  13. Bappenas, “Tata Cara Pengembangan Kawasan Untuk Percepatan Pembangunan Daerah” , 2004
  14. Association of University Research Parks (AURP)
  15. Regis Cabral, “Refining the Cabral-Dahab Science Park Management Paradigm”, International Journal of Technology Management   Issue:  Volume 16, Number 8 / 1998   Pages:  813 – 818
  16. Myer, Michael D., “Qualitative Research in Information Systems”, http://www.qual.auckland.ac.nz  5/4/2010 7:35 AM
  17. Satria Anandita, “Konsep Dasar Berlian Porter”, http://satria.anandita.net   18/7/2010
  18. csreview-online, “Business Outlook: Profil Industri Telematika (ICT) Indonesia”,  http://www.csrreview-online.com/lihatartikel.php?id=46 7/17/2010 1:40 PM
  19.  Akmam Amir, Analisis Pemilihan ICT Technopark di Jawa Barat dan Banten dengan Pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP), 2009.

Akm


Sumber :

Kajian Pembangunan  ICT Technopark di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Telematika, Sarana Komunkasi dan Diseminasi Informasi (Puslitbang APTEL, SKDI), Badan Litbang SDM, Kemnterian Kominfo 2010

VIDEO: Brutal, Puluhan Sepeda Diterjang Mobil

VIVAnews - Acara sepeda santai yang digelar 'Critical Mass' di Porto Alegre, Brasil, pada penghujung Februari 2011 kemarin, berubah jadi tragedi.

Puluhan pesepeda bergelimpangan di jalan akibat ulah pengendara mobil, Ricardo Jose Neis.

Saat itu sekitar 130 pesepeda tengah melintas di jalan raya. Mereka baru saja memulai aktivitas ramah lingkungan sesuai misi Critical Mass.

Saat tengah asyik bersepeda, tiba-tiba saja Neis yang mengendarai mobil VW-nya menerjang mereka dari belakang dengan kecepatan tinggi.

Puluhan pesepeda bergelimpangan di jalan akibat ulah pengendara mobil, Ricardo Jose Neis.

Sekitar 20 pesepeda jadi korban. Mereka terpental, bergelimpangan di jalan. Bahkan tidak sedikit di antara mereka tersangkut di kap mobil Neis berikut sepedanya. Para korban mengalami luka ringan maupun berat. Jerit tangis dan teriakan langsung membahana di jalan. Neis pun diamankan polisi.

Sekadar diketahui Critical Mass adalah sebuah acara bersepeda yang biasanya digelar pada hari Jumat terakhir setiap bulan, di lebih dari 300 kota di seluruh dunia.

Saksikan video brutal Neis di sini.

sumber : • VIVAnews http://dunia.vivanews.com/news/read/207196-video--brutal--puluhan-sepeda-diterjang-mobil


Video Tragedi Sepeda di Brazil